Rabu, 21 April 2010

LP HALUSINASI di RS Sambang Lihum

HALUSINASI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tentang objek bayangan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik psikis, sindroma putus obat, keracunan obat gangguan efektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur. Halusinasi dapat berupa halusinasi dengan lihat, cium, raba dan kecap.
Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas.

B. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi yang terdiri dari:
1. Pengobatan yang memerlukan perawatan total
i. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
ii. Mondar mandir
iii. Disorientasi waktu, tempat dan orang
iv. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
v. Mata tertuju pada satu arah
vi. Mengarakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasakan sesuatu yang tidak merata
vii. Konsentrasi kurang
viii. Curiga dan bermusuhan
ix. Sulit membuat keputusan
x. Cemas
xi. Mudah tersinggung
xii. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
xiii. Ekspresi wajah tenang


2. Penggolongan yang memerlukan perawatan sosial
i. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
ii. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasakan yang tidak nyata
iii. Mulai dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
iv. Komunikasi sudah ada diarahkan
v. Sikap curiga dan bermusuhan
vi. Interaksi dengan orang lain terganggu
vii. Mudah tersinggung
viii. Kebersihan diri dengan dibimbing
ix. Cemas masih ada
x. Kadang-kadang mengalami gangguan berpikir
xi. Mengalami ilusi
xii. Reaksi emosional yang berlebihan atau kurang
xiii. Perilaku aneh dan tidak ada

3. Penggolongan yang memerlukan perawatan minimal
i. Ekspresi tenang
ii. Klien sudah mengenal halusinasi
iii. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda timbulnya halusinasi
iv. Komunikasi klien terarah dan kooperatif
v. Perawatan kebersihan diri secara mandiri
vi. Klien dapat berkonsentrasi
vii. Berpikir logis
viii. Persepsi adekuat
ix. Emosi sesuai dengan kenyataan
x. Perilaku sesuai
xi. Dapat berinteraksi sosial



C. Jenis Halusinasi
Bermacam-macam bentuk halusinasi yang terbagi menjadi:
1. Halusinasi akustik (pendengaran)
a. Akuasma, yaitu suara-suara yang kacau dapat dibedakan secara tegas.
b. Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelek seperti yang berasal dari manusia sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat tertentu.
2. Halusinasi visual (penglihatan)
Klien melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
3. Halusinasi olfatorik (penciuman)
Kalau mencium sesuatu yang tidak disukai, halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
4. Halusinasi gustatorik (pengecapan)
Halusinasi gustatorik murni juga dijumpai tetapi jarang terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfatorik.
5. Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pecandu narkotika dan obat terlarang.
6. Halusinasi hepatik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi dimana seolah-olah tubuh klien bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda, seringkali halusinasi ini bercorak seksual dan sangat sering dijumpai pada narkoba.
7. Halusinasi kongestik
Klien merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri, hal ini sering terjadi pada penderita schizofrenia dan pecandu narkoba.
8. Halusinasi aetoskop
Klien seolah-olah melihat dirinya sendiri.



D. Proses Terjadinya Masalah (Halusinasi)
Halusinasi berkembang melalui 4 fase (Haber dkk, 1982 hal 607-608)
a. Fase pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah karena kesepian klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong sementara, mungkin klien masih dapat mengenal pikirannya dan kesadarannya, namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dan pengalaman internal dan eksternal klien berada pada tingkat histeria pada halusinasi, pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi halusinasi.
c. Fase ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbina dan tidak berdaya pada halusinasinya, halusinasinya menjadi kesenangan dan rasa aman sementara.
d. Fase keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya, halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam.











KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pada tahap ini pengkajian terdiri atas pengumpulan data sebagai berikut:
- Perawatan yang merawat melakukan kontak dengan klien dala hal ini pengumpulan data dari berbagai sumber data yaitu data primer (klien) dan sumber dan data sekunder seperti dari keluarga maupun dari status, teman terdekat, tim kesehatan untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
- Isi pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa:
a. Pengkajian identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Menanyakan kepada keluarga/klien penyebab klien datang ke rumah sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan bagaimana keberhasilan dan pengobatannya, apakah klien pernah menglami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan diri dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga tindakan dan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami, disaksikan oleh orang lain. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan, apakah klien pernah kehilangan perpisahan, penolakan orang tua, kegagalan atau frustasi, tekanan dari sebaya, perubahan struktur sosial, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

d. Aspek fisik
Meliputi pengobatan tanda vital, tinggi badan, dan adanya keluhan fisik misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1. Membuat genogram yang memuat minimal 3 gnerasai yang menggambarkan hak klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh pertumbuhan indivicu dan keluarga.
2. Konsep diri meliputi
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komuniasi yang sering dan singkay meliputi:
- Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi. Menolak penjelasan bagian tubuh, persepsi, negatif tentang tubuh.
- Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau perempuan.
- Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan klien melasanakannya.
- Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi. Status tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat)
- Harga diri
Tanyakan dan nilai observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan penilaian penghargaan orang lain terhadap jiwa diri dan kehidupan klien.
Hubungan sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, kegiatan apa saja yang diikuti di masyarakat dan sejauh mana klien terlibat.

Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi:
a. Penampilan, rapi/tidak penggunaan dan cara berpakaian.
b. Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoherin atau tidak dapat memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik tanpa adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan, kegelisahan, agitasitic (gerakan involunter pada otot) grimasen, (gerakan otot mokus berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien) tremor atau konfulsif.
d. Alam perasaan sedih, gembira, putus asa, ketakutan atau kuatir.
e. Afek, datar, tumpul, letih, tidak sesuai.
f. Interaksi selama wawancara, bermusuhan tidak kooperatif, kontak mata, kurang defensif curiga atau mudah tersinggung.
g. Persepsi, menentuan adanya halusinasi dan sejenisnya.
h. Proses pikir, sirkumstansial (pembicaraan terbelit-belit tidak sampai pada tujuan pembicaraan) kehilangan asosiasi (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali).
i. Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha mengabaikannya) phobia (ketakutan pathologis pada objek/situasi tertentu) hipokondria (keyakinan terhadap gangguan organ di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada) dipersonalisasi (merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan) ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya).
j. Tingkat kesadaran, bingung, orientasi waktu, tempat dan orang.
k. Memory; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan saat ini, konpatologi.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.

Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kekampuan klien akan makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

Aspek medik
Jenis pengobatan klien saat ini baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya. Dan yang dapat dikumpulkan menjadi dua macam yaitu data objektif dikemukakan secara nyata dan didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung. Sedangkan data subjektif merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

Rumusan masalah
Perumusan masalah diambil dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan format pengkajian, perawatan langsung merumuskan masalah keperawatan kepada setiap kelompok data yang disimpulkan.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar, lihat, cium.
2. perubahan persepsi sensori, halusinasi lihat, cium berhubungan dengan isolasi sosial, menarik diri.
3. Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.



B. Perencanaan
1. Tujuan umum
- Klien dapat berkomunikasi dengan baik
- Klien dapat menciderai orang lain

2. Tujuan khusus
- Membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Empati
- Klien dapat mengenali halusinasinya
a. Kontak sering dan singkat
b. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi, misalnya: bicara, tertawa tanpa stimulus, menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa ada teman bicara.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya dengan menanyakan: apakah ada suara yang didengar.
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien / cara tindakan jika terjadi halusinasi.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
c. Bantu klien memilih dan me latih cara memutus halusinasi.
d. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah disampaikan dan beri pujian bila berhasil.

Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan alih bahasa Yasmi Asih, edisi 6. EGC Jakarta, 1998.
Keliat BA, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC jakarta, 1999.
Stuart dan Sundden, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta EGC 1998.

Kamis, 15 April 2010

Kejar Tayang..

Detik2 waktu buat ngumpul askep malah disuruh buat Lembar Pengesahan Ulang..
Capeeeeeeeeeeee Ue Bolak balik Sambang Lihum...

Senin, 12 April 2010

Format TAK





PROPOSAL KEGIATAN TAK
(TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK)
RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM RUANG ANGGREK

















DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


ADE PURNAMA SARI DINA HASNANI
ANITA BONITA EKA AYU WULANDARI
ANISA RAHMI EKA KURNIAWATI
DEVI AMALIA EKA NURHAYATI N.
DEVI ARLITA YENNY MAHRIDA
DEWI AYU NOVIANTI ELLYSA RIESTIANA







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MIUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER
2009 – 2010
TOPIK : TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK BERFOKUSS PADA SOSIALISASI

A. TUJUAN :
1. Tujuan Umum
Membantu klien meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbal
b. Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
c. Klien dapat berlatih mematuhi peraturan
d. Klien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain
e. Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
f. Klien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
g. Klien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi

B. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Anggrek serta berdasarkan hasil angket klien kelolaan didapatkan 70% klien mempunyai masalah utama menarik diri (5 dari 18 klien kelolaan). Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan terapi aktivitas kelompok dengan topik sosialisasi.

C. LANDASAN TEORI
Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial

Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart & Sundeen, 1995 hal 518).

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses.

Pemutusan proses berhubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negatif. kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain

D. KRITERIA KLIEN
1. Klien menarik diri yang cukup kooperatif
2. Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
3. Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain
4. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
5. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
6. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang

E. KARAKTERISTIK KLIEN
1. Nn. D.W, klien berpenampilan kurang bersih, inisiatif untuk memulai pembicaraan ada, aktifitas kurang baik, klien malas berinteraksi atau berbicara dengan orang lain, suka menyendiri dikamar, hubungan saling percaya dengan perawat belum terbina. Masalah : Menarik Diri
2. Ny. S.S, klien berpenampilan kurang bersih, tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, suka menyendiri, malas melakukan aktifitas, sudah terbina saling percaya dengan perawat.
Masalah : Menarik Diri
3. Nn. T.A, klien berpenampilan bersih, tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, suka menyendiri. Belum terbina hubungan saling percaya dengan perawat, sering mengambil dan membagikan makanan.
Masalah : Menarik Diri
4. Ny. D.I, klien berpenampilan tidak rapi, tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, masih suka menyendiri, klien tidak mau bergaul dengan sekitar,
Masalah : Menarik Diri
5. Nn. R, penampilan rapi, berdandan, sulit memulai komunikasi, tidak memiliki aktifitas, suka menyendiri, pendiam,pembicaraan terarah, sudah terbina saling percaya dengan perawat.
Masalah : Menarik Diri.
6. Nn. M.T bersih, aktifitas baik, dapat memulai pembicaraan dan sudah terbina hubungan saling percaya dengan perawat, banyak mehabiskan waktu menyendiri dikamar.
Masalah : harga diri rendah
7. Ny.T/D, penampilan kurang rapi, halusinasi dengar, sudah mampu mengontrol halusinasi sudah terbina hubungan saling percaya, mampu memenuhi ADL secara mandiri.
Masalah : Menarik Diri

F. PROSES SELEKSI
1. Berdasarkan kriteria klien yang telah ditetapkan
2. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien shari-hari dan kemungkinan dapat dilakukan terapi aktifitas kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan
3. Melakukan kontrak dengan klien untuk mengikuti aktifitas yang akan dilaksanakan serta menanyakan kesediaannya
4. Menetapkan bersama klien dan perawat ruangan tentang topik, waktu dan tempat kegiatan

G. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Hari /Tanggal : Kamis, 08 April 2010
2. Tempat : Di Ruang Anggrek
3. Waktu : 10.00 s/d 10.50 WIB
4. Lama Kegiatan
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Role play (5 menit)
- Permainan dan diskusi (25 menit)
- Evaluasi (10 menit)
- Penutup (5 menit)
5. Jumlah peserta : 18 orang
6. Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien
a. Klien dapat melakukan permainan
b. Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan
c. Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan pengalamannya dan memberikan dukungan kepada klien lain
d. Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung
e. Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan
H. PENGORGANISASIAN
Leader : YENNY MAHRIDA

Co-Leader : EKA NURHAYATI NINGSIH

Fasilitator : ADE PURNAMA SARI
DEVI AMALIA
DEVI ARLITA
DEWI AYU NOVIANTI

Observer : DINA HASNANI
ANITA BONITA
EKA AYU WULANDARI
ANISA RAHMI
EKA KURNIAWATI
ELLYSA RIESTIANA

I. METODE DAN MEDIA
Metode : Dengan Metode Role Play

Media :

• Bola Plastik Warna
• HP (Pemutaran music)
• Buku catatan dan pulpen
• Tanda pengenal mahasiswa dan klien
• Snack dan minuman (saat akhir acara)

J. URAIAN PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
c. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan permainan
2. Co-Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)

K. PROSES PELAKSANAAN
1. Perkenalan dan pengarahan
a. Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak ribut)
b. Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok
c. Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak kembali dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi
2. Pembukaan
a. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan tempat tinggal
b. Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompok sosialisasi
c. Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan berlangsung
d. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader, bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk mengacungkan tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Role play
Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai petunjuk leader selama 5 menit. Setelah itu observer menghidupkan HP dan memulai permainan, semua fasilitator duduk di Samping klien. Selama musik masih berbunyi para fasilitator mengedarkan bola dari fasilitator satu ke fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator yang memegang bola pada saat musik dihentikan, fasilitator diminta untuk memperkenalkan diri, dan menyampaikan pengalamannya yang paling menyenangkan. Peserta yang lain diminta untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan.


4. Permainan
Klien diminta untuk mengambil tempat duduk yang tersedia. Selanjutnya bermain sesuai dengan role play diatas
5. Evaluasi
a. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan permainan
b. Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut
c. Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat dari kegiatan permainan
6. Penutup
a. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah mengikuti permainan
b. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang mengikuti permainan

L. ANTISIPASI MASALAH
1. Klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan memberikan motivasi oleh fasilitator
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan alasan klien meninggalkan permainan, berikan motivasi agar klien kembali mengikuti permainan
3. Klien lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan pada klien tersebut bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang dipilih, katakan pada klien lain tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka

M. DENAH RUANG







































Keterangan :
a. O = Klien
F = Fasilitator
 = Observer
X = Leader
 = Co-Leader

N. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co leader, 4 fasilitator dan 6 observer
b. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik
c. Peralatan HP berfungsi dengan baik
d. Tersedia bola kecil
e. Klien, tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan karakteristik klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok sosialisasi
2. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
b. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
c. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannnya permainan
d. 70% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Output
Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok sosialisasi dengan klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. 70% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
b. 70% klien dapat meningkatkan komunikasi non verbal : bergerak mengikuti intruksi, ekpresi wajah cerah, berani kontak mata)
c. 70% klien dapat meningkatkan komunikasi verbal (menyapa klien lain/perawat, mengungkapkan perasaan dengan perawat)
d. 70% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok (mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai)
e. 70% klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya (mau berinteraksi dengan perawat/klien lain)

DAFTAR PUSTAKA

Herawaty, Netty, Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok, 1999.

Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta 1996.

LAPORAN APLIKASI THERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 3
DENGAN TOPIK SOSIALISASI
DI RUANG ANGGREK

Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dimulai pada pukul 10.00 WIB dan klien sudah siap mengikuti terapi aktivitas kelompok. Hal ini dimungkinkan karena therapist telah melakukan kontrak dengan klien sehari sebelumnya secara jelas dan adanya hubungan saling percaya yang sudah terbina antara perawat dan klien.

Dari rencana terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang ditujukan kepada 7 klien ternyata pada pelaksanaannya satu orang klien tidak dapat megikuti terapi. Namun ada satu klien baru dengan masalah menarik diri dengan sengaja diikutsertakan oleh perawat di ruangan. Adapun klien yang diobservasi hanya enam orang.

IMPLEMENTASI
1. Persiapan dan Pelaksanaan
a. Menyiapkan lingkungan : menggeser kursi dan meja sehingga ruangan tampak luas untuk terapi bermain, menyediakan HP (Pemutar music).
b. Memperkenalkan diri
c. Menyebutkan tujuan
d. Menjelaskan peraturan permainan
e. Menghidupkan HP (Pemutar music).
f. Role play oleh fasilitator
g. Memimpin dan memfasilitasi permainan : permainan dilakukan selama + 20 menit.
h. Melakukan ekpresi perasaan selama 10 menit, posisi duduk berjajar, perawat berdiri di depan klien dipimpin oleh leader dengan kegiatan sebagai berikut :
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti therapi aktivitas kelompk sosialisasi
- Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan memberikan tanggapan terhadap apa yang telah diungkapkan klien lain
- Memberi kesempatan klien untuk memberikan usulan atau saran tentang terapi aktivitas kelompok sosialisasi
2. Penutup
a. Leader mempersilahkan klien untuk beristirahat dan membagikan snack pada klien
b. Leader menjelaskan bahwa terapi aktivitas hari ini telah selesai
3. Evaluasi
a. Evaluasi Input
- Tim berjumlah enam orang yang terdiri dari leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 4 orang, observer 6 orang dan dibantu oleh perawat ruangan, HP (Pemutar music)
- Lingkungan memenuhi syarat luas, cahaya dan ventilasi cukup, lantai tidak licin dengan suasana tenang namun ceria.
- Peralatan : HP (Pemutar music).berfungsi dengan baik.
- Klien : tidak ada kesulitan dalam memilih klien yang sesuai dengan kriteria terapi aktivitas kelompok sosialisasi

b. Evaluasi Proses
- Leader dibantu oleh co leader menjelaskan aturan main dengan jelas
- Fasilitator menempatkan diri di sela-sela klien dan aktif memotivasi klien yang kurang aktif dan diam
- Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk mengamati jalannya aktivitas kelompok, menetap pada posisi tertentu sehingga observer dapat mengawasi secara keseluruhan jalannya permainan yaitu observer berada diantara klien dan para fasilitator
- Kronologis pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sebagai berikut :
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi dimulai pukul 10.00 WIB dengan rencana peserta 18 orang namun 1 orang tidak mengikuti dengan alasan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Satu orang klien diikutkan tanpa rencana awal sehingga total klien tetap 17 orang namun yang diobservasi hanya 6 orang klien. Lima menit dilakukan role play dengan diiringi musik dangdut. Sesuai dengan rencana.permainan dilakukan dalam 25 menit namun permainan berlangsung hanya 20 menit karena klien mengeluh kelelahan. Selama dalam proses kegiatan ada 1 orang klien yang keluar dalam permainan tetapi kembali lagi setelah dimotivasi yaitu : Nn keluar sementara, meminta izin ke fasilitator setelah ditanya alasannya klien mengatakan ingin dikamar, setelah dimotivasi klien mau ikut lagi kegiatan seperti semula.

Ekspresi perasaan selama 10 menit dipimpin oleh leader yang didampingi oleh co leader. Kelompok klien duduk ditempat yang telah disediakan sambil menikmati snack didampingi oleh 4 orang fasilitator. Peserta aktivitas kelompok sosialisasi diminta mengungkapkan perasaannya menyampaikan kesan dan pendapatnya setelah mengikuti permainan tadi yaitu :
 Nn TA, saat diminta mengungkapkan perasaannya klien mengatakan senang, gembira, lupa dengan masalah dan mengungkapkan harapan agar kegiatan seperti ini dilakukan sesering mungkin.
 Nn.R, mengungkapkan perasaannya selain merasa gembira ia dapat berkenalan dengan teman-teman dalam satu kelompok.

c. Evaluasi Output
Setelah melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada tanggal 8 april 2010 dengan 7 klien yang diamati didapatkan hasil sebagai berikut :
- 80% klien dapat mengungkapkan komunikasi non verbalnya, bermain mengikuti peraturan yang telah ditetapkan, ekpresi wajah ceria, tertawa lepas
- 100% klien dapat mengikuti komunikasi secara verbal : menyebutkan nama lengkap dan panggilan, mengungkapkan perasaan dengan kelompok maupun secara pribadi, menyebutkan hobynya dan melaksanakan perintah permainan
- 80% klien dapat meningkatkan kemampuan dalam kelompok : mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, ikut berpartisipasi dalam kelompok dan ikut mengungkapkan perasaannya, memberikan tanggapan dan applaus terhadap klien lain
- 80% klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya : klien mau berinteraksi dengan perawat, dengan klien lain, melakukan kegiatan bernyanyi

d. Evaluasi Umum
Keberhasilan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi di ruang Mawar terjadi karena adanya beberapa faktor pendukung yang meliputi : luas tempat pelaksanaan TAK yang cukup memadai, ventilasi cukup, peralatan tersedia, gerakan sederhana, irama musik ceria, mudahnya mencari klien sesuai kriteria dan hubungan saling percaya perawat klien yang sudah terbina.
Sedangkan hambatan yang ditemui selama pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi meliputi : terpaksa mengikutsertakan 1 orang klien oleh karena klien ingin mengikuti kegiatan tersebut, sedangkan satu orang yang telah dipilih tidak bisa mengikuti kegiatan karena menyelesaikan tugasnya.

-----------------------------------------------------------------------------------
Akhir'ya masuk juga laporan saia.. haha. sekian

Selasa, 06 April 2010

TAK


Semoga proposal TAK hari ini diterima...
jadi besok bs TAK bsm pasien2 kami...

Sabtu, 03 April 2010

Libur Dinas

Libur...
Akhir'y Weekend dech..
6 hari full dinas, minggu baru libur..
Pisah bentar ama pasien..
huhu..

Selasa, 30 Maret 2010

ada Tugas


Dinas Diruang jiwa memang menggugah iman...

riset membuktikan, slama 3 hari ini banyak mahasiswa yang mengatakan "lama-lama disini aku jadi gila!"...
hebat....!!

Tapi sebagian lain mengatakan "dinas disini menyenangkan, jadi bisa sadar akan kehidupan yang keras diluar sana..."


Berarti tidak semua manusia berpikir sama atau sepaham..
adakah petunjuk bagi mahasiswa yang perlu bimbingan ini??